Kamis, 05 Maret 2009

Perbedaan Agama

Tujuan ummn Katekumen memahami

1. perbedaan,

2. Hubungan antara agama Yahudi, Katolik dan Kekristenan


Tujuan khusus Katekumen dapat menentukan pandangan dan sikap terhadap agama Yahudi dan Katolik.

PENGANTAR

Ada hubungan, persamaan dan perbedaan antara Yahudi-Kristen - Katolik. Hal itu perlu kita ketahui dan sikapi. Agama Katolik dapat digolongkan ke dalam aliran-aliran Kristen. Di negara kita Katolik terdaftar sebagai salah satu agama di samping Kristen Protestan. Buku ini memasukkan Katolik dalam kelompok agama-agama. Sumber utama uraian ini adalah hasil penelitian DGI Jerih dan Juang (1979), bahan-bahan sejarah gereja dan beberapa tulisan dari gereja Katolik seperti disebutkan dalam daftar kepustakaan.

Pada judul ini kita akan membahas pokok-pokok sbb:

I. Agama Yahudi

1. Latar belakang timbulnya agama Yahudi

2. Pengajaran

3. Lembaga keagamaan

4. Aliran atau golongan Yahudi

II. Agama Katolik Roma

1. Latar belakang sejarahnya

2. Organisasi

3. Pengajaran

4. Pelayanan gereja Katolik

III. Pandangan kita tentang pengajaran Katolik Roma

1. Alkitab dan tradisi

2. Gereja membagi-bagikan keselamatan

3. Kesimpulan

A. URAIAN

I. AGAMA YAHUDI

Agama Yahudi atau Yudaisme ialah agama orang Yahudi yang tumbuh dan berkembang sesudah pembuangan di Babilonia.

1. Latar Belakang Timbulnya Agama Yahudi

Agama Yahudi muncul ketika Israel mengalami kegoncangan zaman. Pertama, runtuhnya kerajaan Israel Utara pada tahun 722 sM; kedua, runtuhnya kerajaan Yehuda yang disusul dengan pembuangan Israel ke Babilonia pada tahun 586-538 sM.

Walaupun Allah sendiri yang mengangkat raja, tetapi ternyata raja pun jatuh. Ambruknya kerajaan itu menimbulkan kesusahan pohtik dan iman sekaligus. Dalam situasi itu muncullah agama Yahudi atau Yudaisme yang bertentangan dengan iman bangsa Israel. Tahun 586 sM. dianggap sebagai tahun lahirnya Yudaisme yang dipelopori Ezra yang memimpin Israel kembali dari pembuangan. Nama "Yudaisme" diangkat dari "Yehuda", salah satu suku Israel yang utama.

Di Indonesia Yudaisme tidak terdaftar sebagai agama di Departemen Agama RI. Di Surabaya ada sekelompok orang-orang Yahudi dan sinagoge, terdiri dari sekitar 25 orang, tidak mempunyai rabi. Masyarakat mengenal mereka sebagai orang-orang Arab sehingga tak pernah diganggu. Dilayani oleh rabi dari Singapura atau Amerika Serikat (untuk melayani baptisan. Anak umur 13 tahun harus dibaptis).

2. Pengajaran

a. Israel adalah umat pilihan Allah berdasarkan keturunan Abraham. Dari bangsa-bangsa lain, orang dapat masuk memeluk agama Israel.

Mereka disebut proselit dan dianggap lebih rendah. Pemimpin tertinggi ialah Imam Besar yang dibantu para rabi (guru), yaitu para ahli kitab suci. Menurut Yudaisme, wanita takluk kepada laki-laki, konsekuen dengan Kej. 2:18 (wanita sebagai penolong).

b. Percaya kepada kebangkitan orang mati.

c. Tentang Kitab Suci dan Taurat. Yang dimaksud dengan Kitab Suci ialah yang kita sebut Perjanjian Lama (bukan sebutan dari Yudaisme). Aslinya dalam bahasa Ibrani dan terjemahannya dalam bahasa Aram disebut Taigum. Kitab Suci terdiri dari Taurat (lima kitab Musa), kitab Nabi-abi [Nebiim) dan Surat-surat (Ketubim). Yang dianggap terpenting ialah kitab Taurat (termasuk 10 Hukum atau Dasa Titah]. "Taurat" berarti penunjuk jalan atau pedoman kehidupan yang semula diterima nabi Musa di gunung Sinai. Mereka tidak mengenal kanon (penetapan kitab-kitab yang diyakini sebagai firman Tuhan). Yudaisme menjunjung tinggi wibawa Taurat yang dianggap berlaku di segala lapangan kehidupan. Di samping Taurat yang tertulis ada tradisi lisan mereka anggap sama nilainya dan peraturan tentang pantangan.

Contoh pantangan bagi orang Yahudi:

i. Daging dan ikan yang dimasak harus dihilangkan darahnya dengan direndam air garam 6 jam.

ii. Babi, bebek, merpati, ikan tanpa sisik (lele, belut, udang, kepiting dll) tak boleh dimakan.

Orang Yahudi melawan Yesus sebab Dia mengaku bahwa kewibawaan-Nya lebih tinggi daripada kewibawaan Taurat. Kitab Taurat Musa(Kejadian, Keluaran, Bilangan, Ulangan, Imamat) mereka pelajari dan berkesimpulan bahwa di situ terdapat 613 perintah. Kemudian mereka menyusun penjelasan mengenai semua perintah itu yang dihhnimpun dalam:

i. Talmud. Talmud ini terdiri dari dua bagian besar, yaitu:

♦ InMishnah. Yaitu hlmpunanhimpunan tafsiran lisan oleh para ahli yang kemudian diteruskan golongan Parisi. Isinya terbagi dalam 6 bidang: pertanian, perkawinan, perayaan, hukum perdata, peraturan tentang benda-benda suci, per­aturan tentang kesucian dan kenajisan.

♦ Gemara. Yaitu tafsiran tentang InMishnah.

ii. InMidras atau InMidrasim, yaitu peraturan tentang ibadah. Tempat ibadah mereka ialah sinagoge, hari ibadah ialah hari Sabat (Sabtu).

Bagi orang Yahudi, yang terpenting adalah tradisi, bukan kitab suci. Sebuah kitab mereka sebut suci karena umat menaati dalam praktik. Ini bertentangan dengan pandangan Kristen yang menganggap kitab suci itu suci dan karenanya harus ditaati. Yudaisme mementingkan perilaku, tidak mementingkan dogma (ajaran). Perjanjian Baru mereka terima sebagai kitab yang baik tetapi menolak Yesus itu Tuhan.

d. Korban. Manusia menerima Taurat sebagai anugerah Allah. Anugerah itu harus ditanggapi dengan ketaatan melaksanakannya. Tetapi manusia tak dapat melakukan Taurat dengan sempurna. Rabi mengajarkan bahwa kekurangan itu diimbangi dengan korban sembelihan di Bait Allah. Mereka membuat peraturan, memutar- balikkan Taurat "demi kepentingan umum".

e. Mesias. Yaitu pahlawan perjuangan yang membebaskan Israel dari penjajahan asing.

f. Allah. Umat Yahudi mengaku bahwa Tuhan adalah satu-satunya Allah, disebut shema (=dengarlah), U1.6:4. Pengakuan ini monoteis murni. (mono berarti satu, theos berarti Tuhan). Menolak ketritunggalan Allah.

3. Lembaga Keagamaan

a. Sinagoge. Asal usul sinagoge tidak diketahui. Di dalam PL tidak ada. Ibadah di sinagoge makin berkembang karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan musuh, terutama pada masa pembuangan Israel di Babilonia. Sinagoge merupakan lembaga sebab mempunyai pengurus. Dipimpin Kepala Sinagoge yang juga bertugas menyusun jadwal khotbah. Ibadah Yahudi dilaksanakan di sinagoge ini tiap hari Sabat dan hari raya. Umat dianjurkan supaya puasa.

b. Sanhedrin. Sanhedrin adalah lembaga keagamaan yang berfungsi memerintah dan pengadilan tinggi. Ketua lembaga ini Imam Besar, menguasai daerah Yudea tetapi keputusannya berlaku bagi semua orang Yahudi. Pada tahun 70 M lembaga ini dibubarkan.

2. Aliran atau Golongan Yahudi

Banyak aliran atau golongan dari umat Yahudi, antara lain

a. Golongan Farisi. Golongan ini kecil tetapi sangat berpengaruh di an­araantara umat. Mereka menekankan tradisi lisan untuk meringankan beban hukum Taurat. Mereka percaya kebangkitan orang mati.

b. Golongan Saduki. Golongan ini terdiri dari para elit (petinggi) Yahudi seperti kerabat Imam Besar, tuan tanah dll. Mereka menguasai Bait Allah dan Sanhedrin. Mereka memegang teguh ajaran Musa, kurang peduli terhadap tradisi lisan. Tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Golongan Saduki dan Parisi bekerja sama mengadili Yesus.

c. Golongan Essene. Golongan ini hidup mengasingkan diri dari masyarakat dan membiara, bertapa dan menekankan disiplin.

d. Golongan Zelotes. Ini bukan kelompok agama tetapi pejuang melawan penjajah Romawi.

II. AGAMA KATOLIK ROMA

I. Latar Belakang Sejarah

Agama Katolik mempunyai sejarah yang sangat tua. Misi Katolik memasuki Indonesia bersamaan dengan masuknya Portugis yang berdagang rempah-rempah. Pelopornya ialah Fransiscus Xaverius. Sejarah gereja Katolik di Indonesia dibedakan menjadi lima periode.

Periode pertama (1522-1660). Dalam periode ini terlaksana penanaman Injil di Maluku Utara, Maluku Tengah, NTT, Flores, Sulawesi Utara, Sumatera dan Jawa.

Periode kedua, zaman VOC (1596-1798), merupakan periode yang sukar karena VOC dan sultan-sultan yang beragama Islam menghentikan inmisi Katolik. Penginjilan di daerah-daerah tersebut di tambah Kalimantan yang baru dimulai, dihentikan. Terjadi kemunduran bahkan benih-benih Injil yang sudah ditanam itu mati.

Periode ketiga (1807-1859) misi ini bangkit kembali. Sesudah VOC jatuh, pemerintah Hindia Belanda melalui Gubernur Jendral Daendels pada tahun 1800 mengumumkan bahwa hak semua agama sama, boleh mengamalkan agama dan beribadah dengan teratur di Hindia Belanda. Peraturan itu kemudian dilengkapi dengan syarat "asal pelaksanaannya tidak mengganggu ketenangan dan ketertiban umum". Syarat ini dapat ditafsirkan seenaknya oleh para penguasa. Pemerintah Belanda mengangkat, memberhentikan, memindahkan dan menggaji pastor-pastor. Mereka menjadi pegawai pemerintah. Jumlah pastor sangat sedikit.

Mulai tahun 1845 gereja Katolik Indonesia dipisahkan dari gereja Katolik di Belanda, diperintah oleh uskup. Uskup pertama ialah J. Groof, ditahbiskan tahun 1845. la segera bertentangan dengan pemerintah sebab menonaktifkan tiga orang pastor yang pengajaran dan perilakunya tidak bernada Katolik. Gubernur menentang tindakan itu sebab merasa hanya pemerintah yang berhak memberhentikan mereka. Pemerintah mengusir uskup. Jumlah pastor makin berkurang bahkan pada tahun 1847 tidak ada seorang pun pastor di Indonesia.

Pada tahun 1847 ada perjanjian antara Paus dengan pemerintah Be­landa, bahwa uskup berwenang mengangkat pastor. Calon yang akan diangkat itu harus mendapat persetujuan pemerintah. Pemerintah menilai calon itu dari segi apakah mengganggu ketenangan dan ketertiban atau tidak. Pemerintah menyediakan gaji pastor dan subsidi sebagian usaha-usaha gereja. Persetujuan ini membebaskan gereja dari campur tangan pemerintah dan memungkinkan perkembangan gereja selanjutnya. Uskup yang baru ialah PM Vrancken. la segera mengorganisasikan gereja. Pada tahun 1848 baru terdapat 9000 orang Katolik di Indonesia. Indonesia dibagi dalam beberapa wilayah pelayanan. Pastor berkeliling di daerahnya untuk mengunjungi dan membaptiskan. Satu paroki meliputi daerah yang sangat luas.

Tahun 1853 ditempatkan pastor di Bangka. Pekerjaannya meluas ke Belitung, Riau, Palembang, Deli dan Pontianak. Seluruhnya itu menjadi satu paroki. Banyak orang masuk ke agama Katolik. Waktu itu jumlah pastor belum sampai 10 orang. Tenaga-tenaga baru datang dari Roma dan Belanda: pastor Yesuit, suster dari tarekat Ursulin dan bruder dari tarekat S. Aloysius. Bruder membuka sekolah untuk anak laki-laki di Surabaya. Menyusul kemudian suster mendirikan sekolah untuk anak perempuan di Batavia. Bruder dan suster bekerjasama untuk mendirikan rumah sakit. Jaminan kebebasan beragama dan bergerak membuat gereja ini berkembang pesat. Terbentuk beberapa paroki tetap, yaitu Tomohon (1889), Makassar (1892), Medan (1892), Malang (1897). Muntilan (1897). Jumlah pastor 15 orang, Semua usaha itu untuk menunjang misi gereja.

Periode keempat, 1900-1960. Perkembangan gereja berjalan cepat walaupun mengalami berbagai kesulitan seperti, bahasa daerah yang sulit dikuasai (bahasa Melayu belum merata), sikap iri dari golongan lain, sikap pemerintah yang sering berubah-ubah. Pemerintahan kolonial menutup penginjilan di daerah-daerah yang dianggap Islam seperti Aceh, Banten, Minangkabau. Berbagai ordo, kongregasi masuk ke Indonesia sesudah tahun 1900. Sesudah proklamasi kemerdekaan 1945, gerak penginjilan ini lebih leluasa. Perkembangan yang cepat itu terjadi di Tapanuli (1974: 228.675 orang), Jawa Tengah (1974: 301.214 orang), Sumatera, Kalimantan dan kota-kota besar di Jawa. Pengalaman zaman Jepang (1942-1945) mengajar gereja untuk melaksanakan Indonesianisasi bidang ketenagaan.

Periode kelima, 1961-.... Periode ini disebut Masa Dewasa dalam Sating Ketergantungan. Masa ini dimulai dengan bedirinya hirarki di Indonesia. Dibentuk MAWI (Majelis Agung Wali Gereja di Indonesia). Untuk mengusahakan Indonesianisasi ketenagaan gereja didirikan seminari. Pada tahun 1974, orang asli Indonesia telah menduduki jabatan:Kardinal, 1 orang (=100%), Uskup 9 orang (=25%), Pastor 507 orang(=32%), Bruder 268 orang (=56%), Suster 2801 orang (=74%). Paus Paulus VI mengunjungi umat Katolik dan bangsa Indonesia pada tanggal 3-4 Desember 1970. Kunjungan ini memperkuat keberadaan umat Katolik Indonesia.

d. Organisasi Dan Pelayanan

i. Hirarki. Gereja Katolik di Indonesia merupakan bagian dari gereja Katolik sedunia. Kepengurusan gereja ini tersusun dari atas ke bawah, bagaikan kerucut, yaitu Paus (tertinggi), Uskup dan Umat Paus memerintah gereja didampingi oleh Dewan Kardinal yang beranggotakan 150 orang (110 orang diantaranya yang berhak pilih). Bentuk kerucut itu sesudah Konsili Vatikan II (1965) tetap dipertahankan, bedanya ialah cara membacanya: dari bawah ke atas.

ii. Propinsi gerejawi. Wilayah Indonesia terbagai menjadi 8 propinsi gerejawi, masing-masing diperintah oleh Uskap Agung (di Medan, Jakar­ta, Kupang, Ende, Merauke, Pontianak, Semarang, Makassar). Setiap propinsi gerejawi dibagi menjadi keuskupan. Ada 34 keuskupan, yang masing-masing dipimpin oleh uskup Sufragan. (Misalnya di Sumatera: Tanjungkarang, Palembang, Pangkal Pinang, Sibolga). Ada 26 orang uskup Sufragan, selebihnya fungsi itu dirangkap oleh Uskup Agung. Sebuah keuskupan dibagi menjadi bebarapa paroki (=jemaat setempat), dipimpin oleh pastor (sering dibantu oleh Katekis). Paroki dibagi menjadi beberapa stasi (=kelompok/pepanthan).

Kesatuan gereja Katolik di Indonesia terorganisasikan dalam Majelis Agung Wali Gereja di Indonesia [(MAWI) yang kemudian menjadi Konperensi Wali Gereja di Indonesia ({KWI). Lembaga ini bersidang sekali setahun, mengambil keputusan bersama, menghormati hak-hak uskup setempat, menangani hubungan dengan pemerintah. Pengurus Harian KWI terdiri dari 8 orang (termasuk Sekjen), dibantu oleh 12 Komisi (a.l. Komisi Hubungan Antar Agama, Kateketik, Pendidikan, Sosial ekonomi, Seminari, Keluarga). Di samping Komisi ini ada Dewan/Lembaga, yaitu: Dewan Moneter, Lembaga Karya Kesehatan, Lembaga Biblika, Sekretariat Keadilan dan Perdamaian, Umat Allah dalam Peziarahan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar